Satelit Biomass milik Badan Antariksa Eropa (ESA) telah menyelesaikan fase kritis Launch and Early Orbit Phase (LEOP) selama sembilan hari penuh ketegangan dan presisi tinggi. Diluncurkan pada 29 April 2025 dari Kourou, Guyana Prancis menggunakan roket Vega-C, misi ini kini resmi mengorbit dan siap menjalankan misinya: mengungkap peran hutan dunia dalam siklus karbon global.
Estafet di Orbit: Sprint Sembilan Hari
LEOP Biomass ibarat estafet antariksa, bukan sekadar sprint atau maraton biasa. Setiap langkahnya—dari peluncuran hingga penyebaran antena raksasa berdiameter 12 meter—menuntut koordinasi sempurna antara teknologi dan tim misi di European Space Operations Centre (ESOC) di Darmstadt, Jerman.
🛰 Langkah Pertama: Menangkap Sinyal
Setelah peluncuran sukses pukul 11:15 CEST, sinyal pertama satelit diterima pukul 12:27 UTC melalui stasiun Troll di Antarktika. Tak lama kemudian, panel surya terbuka dan mulai menghasilkan daya—tanda kehidupan satelit telah dimulai. Tim dinamis segera menghitung orbit awal dan menyusun jalur menuju orbit operasional.
🛠 Langkah Kedua: Persiapan Satelit untuk Orbit
Empat hari pertama dihabiskan untuk menstabilkan satelit dan memeriksa sistem penting—mulai dari katup, sensor, hingga sistem kelistrikan. Yang membuat LEOP Biomass unik adalah durasinya: 9 hari, jauh lebih panjang dari biasanya (3–4 hari), demi memastikan keberhasilan penyebaran antena.
Tim pun bekerja dalam tiga shift harian: dua shift operasional utama selama 8 jam dan satu shift malam untuk pemantauan. “Jadwal ini seperti maraton, tapi kami telah berlatih selama empat bulan untuk momen ini,” ujar Elia Maestroni, Manajer Operasi Satelit Biomass.
📡 Langkah Ketiga: Penyebaran Antena
Penyebaran antena menjadi tantangan paling krusial: struktur 12 meter ini didirikan di atas boom sepanjang 7,5 meter yang dipasang selama tiga hari. Setiap bagian boom dipasang secara bertahap dengan cakupan komunikasi lintas tiga stasiun bumi. Setelah selesai, kamera internal diaktifkan untuk memantau momen penting—pembukaan reflektor antena.
Dalam jendela waktu hanya 24 menit per hari, perintah dikirim dan tim menunggu dengan tegang. 37 menit kemudian: konfirmasi diterima—antena berhasil mengembang sempurna.
🚨 Navigasi di Tengah Sampah Antariksa
Selama fase penyebaran boom dan reflektor, Biomass tidak bisa bermanuver untuk menghindari puing-puing antariksa. Dengan orbit di ketinggian 666 km—jalur sibuk di angkasa—hal ini menjadi tantangan tersendiri.
Menurut Klaus Merz, analis puing antariksa ESA, “Dengan bentuknya yang unik, Biomass diperkirakan harus melakukan 4–5 manuver penghindaran per tahun, atau sekitar satu peringatan setiap minggu.”
🎉 Leg Terakhir: Persiapan Final dan Selebrasi
Di hari terakhir LEOP, penerima GNSS diaktifkan untuk sinkronisasi waktu dan posisi orbit presisi. Setelah semuanya dikonfirmasi aman, tim misi mengadakan seremoni tradisional di Main Control Room ESOC, menambahkan nama “Biomass” ke dinding kehormatan bersama misi ESA lainnya.
“Semua operasi berjalan tepat waktu dan sesuai rencana. Satelit dan sistem pendukung bekerja dengan sempurna. Selamat kepada seluruh tim atas kerja tim yang luar biasa ini,” kata José Morales, Direktur Operasi Penerbangan Biomass.
🌳 Siap Memulai Misi: Menyingkap Rahasia Hutan Dunia
LEOP boleh selesai, tapi misi baru dimulai. Biomass kini memasuki fase komisioning selama enam bulan, termasuk kalibrasi radar P-band menggunakan Biomass Calibration Transponder di New Norcia, Australia. Kalibrasi ini akan berulang hingga dua kali per tahun untuk memastikan keakuratan data jangka panjang.
Dengan radar uniknya, Biomass akan merevolusi pemantauan hutan global, membantu dunia memahami berapa banyak karbon yang disimpan hutan, seberapa cepat deforestasi terjadi, dan bagaimana perubahan ini memengaruhi iklim planet kita.