
Pusat Studi Bencana (PSB) IPB UNIVERSITY merupakan unit di bawah Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) yang memiliki fokus pada kajian penanggulangan bencana secara holistik. Tujuan utama PSB adalah mengembangkan strategi penanggulangan bencana yang komprehensif dan integratif untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam menghadapi berbagai risiko bencana. PSB aktif melakukan kajian terhadap risiko dan kerentanan bencana serta menyusun strategi mitigasi yang berbasis ilmiah, sehingga dapat dijadikan sebagai rekomendasi kebijakan bagi pemerintah maupun masyarakat.
Sebagai bagian dari upaya peningkatan penanggulangan bencana, PSB merancang strategi menyeluruh yang mencakup seluruh tahapan penanganan bencana, mulai dari pencegahan, tanggap darurat, rehabilitasi, hingga rekonstruksi. Strategi ini bertujuan untuk memperkuat koordinasi antar pemangku kepentingan serta meningkatkan kualitas respons terhadap situasi krisis. PSB juga mendorong integrasi ilmu pengetahuan dan teknologi dalam setiap prosesnya, seperti melalui pemanfaatan sistem pemantauan dan deteksi dini, serta pengembangan berbagai metode inovatif yang mampu meningkatkan kesiapsiagaan dan ketahanan masyarakat terhadap bencana.
MISI
Dengan membawa radar aperture sintetis P-band yang inovatif, misi Biomass dirancang untuk memberikan informasi penting mengenai kondisi hutan di seluruh dunia dan bagaimana perubahannya dari waktu ke waktu. Misi ini juga bertujuan untuk memperdalam pemahaman kita tentang peran penting hutan dalam siklus karbon global.
Peluncuran
Tanggal: 29 April 2025
Lokasi: Kourou, Guyana Prancis
Roket: Vega-C

Frekuensi dan intensitas bencana alam yang terus meningkat di seluruh dunia menegaskan apa yang telah disampaikan dalam Laporan Penilaian Keenam IPCC (AR6): ketika pemanasan global melebihi 1,5°C, dunia akan menghadapi tingkat bahaya iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tanpa persiapan yang memadai, bahaya ini lebih mudah berubah menjadi bencana. Kelaparan, kemiskinan, risiko kesehatan, tata ruang yang tidak aman, serta urbanisasi cepat yang tidak terencana menjadi faktor yang memperbesar risiko. Dalam dunia yang saling terhubung, risiko ini bisa bertumpuk dan saling memperparah, seperti dengan fenomena El Niño, sehingga memperlambat atau bahkan membalikkan pembangunan sosial-ekonomi, meningkatkan ketegangan sosial dan ketidakstabilan, serta memperbesar kebutuhan kemanusiaan.
Bencana terjadi ketika manusia, aset, atau ekosistem berada dalam kondisi terpapar dan rentan. Pembangunan yang tidak berkelanjutan, termasuk ketimpangan, memperbesar tingkat paparan dan kerentanan, meningkatkan risiko dampak berlapis (cascading impact), bahkan krisis ganda (polycrisis). Tantangan terbesar bagi semua negara—terutama yang rentan terhadap bencana—adalah membangun ketangguhan (resiliensi).
Perlu diingat bahwa bencana sering kali bukan kejadian tunggal yang tiba-tiba. Banyak di antaranya didahului oleh kejadian-kejadian serupa yang lebih kecil. Dengan mengkaji bencana-bencana sebelumnya secara mendalam, kita dapat memahami penyebab utamanya dan mencari solusi yang efektif. Pelajaran dari masa lalu dapat mencegah bencana yang lebih besar di masa depan, serta mendorong pembangunan yang inklusif, berkelanjutan, dan stabil secara ekonomi.