Di tengah meningkatnya frekuensi dan dampak bencana alam yang melanda berbagai wilayah Indonesia, kehadiran lembaga akademik yang memiliki kapasitas keilmuan dan komitmen terhadap pengurangan risiko bencana menjadi sangat penting. Pusat Studi Bencana (PSB) IPB University menjadi salah satu pilar utama dalam upaya ini. Di bawah kepemimpinan Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr., PSB tampil bukan hanya sebagai pusat riset, tetapi juga sebagai mitra strategis pemerintah dan masyarakat dalam membangun sistem penanggulangan bencana yang adaptif, kolaboratif, dan berbasis ilmu pengetahuan.
Bencana sebagai Pembelajaran: Paradigma Baru Penanggulangan Risiko
Dalam lanskap kebencanaan yang terus berubah—dipengaruhi oleh perubahan iklim, kerusakan lingkungan, serta pola pembangunan yang tidak selalu memperhatikan daya dukung ekologis—PSB IPB University mendorong perubahan pendekatan dari yang semula reaktif menjadi proaktif dan reflektif. Visi yang dibawa Prof. Bambang Hero mengajak semua pihak untuk menjadikan setiap peristiwa bencana sebagai guru, bukan sekadar malapetaka. Dari setiap kejadian, kita dapat mengidentifikasi celah sistemik, mengembangkan teknologi mitigasi baru, dan membentuk kebijakan yang lebih tangguh terhadap risiko di masa depan.
Prof. Bambang, yang juga dikenal sebagai ahli forensik kebakaran hutan dan lahan Indonesia, telah lama aktif dalam mendorong sinergi antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebijakan publik. Ia percaya bahwa penguatan kapasitas lokal dan pendidikan publik merupakan kunci dalam mengurangi kerentanan terhadap bencana.
Membaca Risiko di Kota Bogor: Tantangan dan Peringatan Dini
Salah satu fokus penting PSB adalah peningkatan risiko bencana di wilayah urban, termasuk Kota Bogor. Berdasarkan kajian PSB, terjadi peningkatan signifikan dalam variabilitas iklim—terutama perubahan suhu, pola curah hujan, serta frekuensi hujan ekstrem. Kombinasi ini memperparah risiko banjir dan longsor, terutama di wilayah padat penduduk yang berada di bantaran sungai dan lereng perbukitan.
Kontur alam Bogor yang berbukit, jika tidak ditangani secara terpadu dengan perencanaan tata ruang yang berpihak pada lingkungan, berpotensi memperbesar dampak bencana. Oleh karena itu, PSB mendorong pentingnya pemodelan risiko berbasis data dan penggunaan sistem peringatan dini (early warning system) berbasis komunitas.
Kolaborasi Multi-Pihak: Dari Kampus ke Akar Rumput
Peran strategis PSB tidak berhenti di laboratorium dan ruang diskusi. Dengan semangat tridarma perguruan tinggi, PSB aktif menjalin kerja sama lintas sektor—termasuk dengan pemerintah daerah, lembaga internasional, masyarakat sipil, dan komunitas lokal—untuk membangun budaya sadar bencana. Pendekatan partisipatif dan inklusif menjadi ciri khas program-program yang digagas, mulai dari pelatihan pengurangan risiko bencana, pendampingan teknis untuk penyusunan rencana kontinjensi desa, hingga pengembangan kurikulum pendidikan kebencanaan di sekolah.
Melalui kegiatan ini, PSB berupaya membangun ketangguhan dari bawah ke atas (bottom-up resilience), memastikan bahwa setiap individu, keluarga, dan komunitas memahami perannya dalam menghadapi dan memitigasi risiko bencana.
Membangun Masa Depan yang Lebih Aman dan Berkelanjutan
Dengan pendekatan yang ilmiah namun membumi, PSB IPB University menunjukkan bahwa penanggulangan bencana bukan semata soal respons cepat, tetapi juga soal pembelajaran berkelanjutan. Dalam narasi besar pembangunan berkelanjutan, bencana harus diposisikan sebagai cermin peradaban—menggambarkan sejauh mana kita selaras dengan alam, dan sejauh mana kita mampu beradaptasi terhadap perubahan yang tidak terhindarkan.
Sebagaimana ditekankan oleh Prof. Bambang Hero Saharjo, “Hanya dengan memahami dan belajar dari bencana hari ini, kita dapat membangun masa depan yang lebih aman, tangguh, dan berkelanjutan.”