Perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia bukan hanya mengancam suhu bumi yang semakin panas, tetapi juga memperburuk kualitas udara kita. Salah satu dampak yang paling mengkhawatirkan adalah peningkatan jumlah kematian yang disebabkan oleh partikel halus (PM2.5) dari asap kebakaran hutan. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Oregon State University menunjukkan betapa besar ancaman kesehatan ini, terutama di kawasan barat Amerika Serikat. Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications Earth & Environment, para ilmuwan mengungkapkan bahwa selama periode 15 tahun yang berakhir pada tahun 2020, perubahan iklim menyebabkan sekitar 15.000 kematian tambahan akibat polusi udara yang dihasilkan oleh kebakaran hutan.
Apa Itu PM2.5 dan Mengapa Itu Berbahaya?
PM2.5 merujuk pada partikel halus dengan diameter kurang dari 2,5 mikrometer yang dapat terserap ke dalam paru-paru dan bahkan masuk ke dalam aliran darah. Partikel ini sangat berbahaya bagi kesehatan manusia karena ukurannya yang sangat kecil memungkinkan mereka menembus lapisan pelindung tubuh. Ketika terhirup, PM2.5 dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti penyakit kardiovaskular, gangguan pernapasan, dan peningkatan risiko serangan jantung.
Dampak Perubahan Iklim terhadap Kebakaran Hutan
Penelitian ini mencatat bahwa kebakaran hutan yang lebih besar dan lebih sering terjadi disebabkan oleh perubahan iklim yang memicu kondisi cuaca ekstrem, seperti gelombang panas, musim kemarau yang lebih panjang, dan penurunan salju. Kebakaran hutan di kawasan barat Amerika Serikat, seperti yang terjadi pada kebakaran besar di Oregon, California, dan Washington pada tahun 2020, menjadi lebih intens dan lebih banyak menghasilkan polusi udara dalam bentuk PM2.5. Akibatnya, kualitas udara yang buruk meningkatkan jumlah kematian yang terkait dengan polusi asap kebakaran.
15.000 Kematian Akibat Polusi Kebakaran Hutan pada 2020
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2020, 35% dari total kematian yang terkait dengan kebakaran hutan dan PM2.5 terjadi, sebagian besar disebabkan oleh kebakaran besar di kawasan barat Amerika Serikat. Di seluruh periode penelitian, sekitar 164.000 kematian tercatat sebagai akibat dari PM2.5 yang dihasilkan oleh kebakaran hutan. Namun, 15.000 di antaranya dapat langsung dikaitkan dengan perubahan iklim, yang menyebabkan peningkatan intensitas dan frekuensi kebakaran hutan.
Jika perubahan iklim tidak terjadi, diperkirakan total kematian akibat kebakaran hutan akan jauh lebih rendah, yakni sekitar 149.000 orang selama periode tersebut. Penelitian ini juga menemukan bahwa tingkat kematian tahunan akibat PM2.5 dari kebakaran hutan rata-rata sekitar 5,14 per 100.000 orang, yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka kematian tahunan akibat siklon tropis seperti hurikan di AS.
Beban Ekonomi yang Berat
Selain dampak kesehatan, kebakaran hutan juga membawa beban ekonomi yang sangat besar. Studi ini memperkirakan bahwa kematian tambahan akibat polusi PM2.5 dari kebakaran hutan tersebut menyebabkan kerugian ekonomi sekitar $160 miliar. Beban ekonomi ini mencakup kerugian produktivitas, biaya perawatan kesehatan, dan juga perhitungan nilai hidup yang dapat diukur secara statistik. Penelitian ini menunjukkan bahwa beban ekonomi terbesar terkait dengan kebakaran hutan terjadi di negara bagian seperti California, Oregon, dan Washington.
Proyeksi di Masa Depan
Jika tren perubahan iklim ini berlanjut, proyeksi menunjukkan bahwa pada pertengahan abad ini, kematian akibat PM2.5 dari kebakaran hutan akan meningkat setidaknya 50% dibandingkan dengan dekade yang berakhir pada tahun 2020. Dampak ekonomi tahunan akibat kebakaran hutan diperkirakan akan mencapai $244 miliar. Ini menunjukkan bahwa, tanpa upaya signifikan untuk mengatasi perubahan iklim, dampak kebakaran hutan dan polusi udara yang dihasilkannya akan semakin memburuk.
Mengapa Ini Terjadi?
Kebakaran hutan yang lebih besar dan lebih sering dapat dijelaskan oleh fenomena perubahan iklim yang semakin memperburuk kondisi lingkungan. Proses-proses seperti mencairnya salju yang lebih awal, gelombang panas yang lebih intens, dan udara yang lebih kering memperburuk kemungkinan kebakaran hutan. Hasilnya, kebakaran hutan kini menyumbang hampir setengah dari total PM2.5 di seluruh Amerika Serikat, mengalahkan upaya perbaikan kualitas udara yang dilakukan di banyak daerah.
Menghadapi Tantangan Besar
Para ilmuwan menekankan bahwa eksposur terhadap PM2.5 yang disebabkan oleh kebakaran hutan merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular dan gangguan pernapasan. Tren kebakaran hutan yang semakin parah ini menunjukkan bahwa kita perlu mengambil langkah yang lebih serius dalam mengurangi dampak perubahan iklim. Kebijakan mitigasi, perbaikan manajemen lahan, dan pengurangan emisi gas rumah kaca akan menjadi kunci untuk mengurangi risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan.
Kesimpulan: Aksi Cepat Dibutuhkan
Penelitian ini memberikan gambaran yang jelas mengenai betapa seriusnya dampak perubahan iklim terhadap kesehatan manusia dan ekonomi. Tanpa langkah nyata untuk menangani perubahan iklim, dampak kebakaran hutan dan polusi udara yang dihasilkan akan terus meningkat. Oleh karena itu, kita harus segera bertindak untuk mengurangi emisi, memperbaiki pengelolaan lahan, dan meningkatkan kesiapan menghadapi kebakaran hutan yang lebih parah di masa depan. Sebagai individu, masyarakat, dan negara, kita memiliki tanggung jawab untuk melindungi kesehatan kita dan generasi mendatang dari dampak perubahan iklim yang semakin merusak.
Sumber: https://www.preventionweb.net/news/warming-climate-making-fine-particulate-matter-wildfires-more-deadly-and-expensive?utm_source=PreventionWeb+Newsletter&utm_campaign=f3ef51bd41-PreventionWeb+daily&utm_medium=email&utm_term=0_b73053c1c6-f3ef51bd41-516790425